Friday, October 28, 2011

K.H AHMAD DAHLAN/MUHAMMAD DARWIS

K.H Ahmad Dahlan(pembaharu dari Kauman)  dilahirkan pada tahun 1868 di Kauman, Yogyakarta yang merupakan putra seorang khatib tetap di Masjid Agung Yogyakarta yang bernama K.H Abu Bakar bin Kiai sulaiman . Ketika lahir K.H Ahmad Dahlan diberi nama Muhammad Darwis oleh ayahnya.

Seperti halnya anak para kiai, ia diperkenalkan pada pendidikan agama sejak dini. Orang yang pertama kali menggemblengnya adalah ayahnya sendiri, setelah itu para kiai di daerah Yogyakarta. Ia belajar tentang agama dan juga bahasa Arab. Dengan bekal tersebut, pada tahun 1888, Darwis menunaikan ibadah haji dan segaligus bermukim disana selama 4 tahun guna menuntut ilmu.
 
Di Makkah inilah Darwis memperdalam berbagai ilmu agama yang meliputi ilmu qiraat, tasawuf, fiqh, ilmu mantik, ilmu falak, akidah, dan tafsir. Setelah selesai menuntut ilmu di Makkah, pada tahun 1902 , Darwis kembali ke kampung halamannya. Setelah kembali dari Makkah namaya diganti menjadi Ahmad Dahlan.

Setelah kembali ke kampung halaman, K.H Ahmad Dahlan hanya menghabiskan waktu setahun saja karena ia kembali lagi ke Makkah pada tahun 1903 selama 3 tahun guna memperdalam apa yang sudah dipelajari. K.H Ahmad Dahlan juga mempelajri pembaruan Islam yang gencar-gencarnya dilakukan oleh tokoh pembaru seperti Jamaluddin Al-Afghani, Ibnu Taimiyah, Muhammad Abduh, serta Muhammad Rasyid Ridha yang dikenal dengan tafsir Al-Manarnya.

Pada tahun 1906 K.H Ahmad Dahlan kembali ke kampung halamnnya dan menjadi guru agama di kampung halamannya. Selain itu juga mengajar di Kweek School (Sekolah Raja) di Yogyakarta dan Opleiding School voor Indlandsche Ambtenaren, yakni sekolah untuk para pegawai pribumi di daerah Magelang.

Menurut K.H Ahmad Dahlan, ajaran Islam tidak akan membumi dan dijadikan pandangan hidup ataupun tuntunan bagi para pemeluknya, kecuali dipraktekkan. Sebagus-bagusnya suatu program jika tidak ada penerapan, maka tak akan bisa mencapai tujuan bersama. Maka dari itu K.H Ahmad Dahlan tidak banyak mengelaborasi ayat-ayat dalam Quran tapi lebih banyak mempraktekannya. Berbekal ilmu yang dikuasai dan ide pembaru dari Timur Tengah, K.H Ahmad Dahlan mencoba menerapkannya di bumi Nusantara.

Untuk memperluas dakwahnya K.H Ahmad Dahlan mulai bergabung dengan berbagai organisasi yang telah ada. Hal ini terlihat ketika tahun 1909 K.H Ahmad Dahlan bergabung dengan sebuah organisasi modern uang  saat itu yang namanya adalah Budi Utomo. Dalam organisasi ini terdapat banyak anggota dari kalangan priyayi dan kaum terpelajar. Ia mencoba menyebarkan dakwahnya dan ternyata K.H Ahmad Dahlan mendapat reaksi positif serta penghargaan dan dukungan atas langkah-langkah dakwahnya.

Atas dorongan organisasi ini, K.H Ahmad Dahlan mendirikan suatu sekolah di Yogyakarta pada tahun 1911. Sekolah yang didirikan menerapkan sistim agama dan modern yang diselaraskan dalam satu paket. Belajarnyapun menggunakan kelas dan murid pria dengan wanita tidak lagi dipisah.

Sebagai seorang pembaharu ia tak mau ketinggalan informasi pembaharuan terlebih dari para tokoh pembaharu di Timur Tengah. Pada saat itu Jami’at Khair adalah organisasi yang melakukan komunikasi intensif dengan pihak Timur Tengah, sehingga pada tahun 1910 K.H Ahmad Dahlan bergabung dengan organisasi ini. Ketika ada pembentukan sarikat Islam, K.H Ahmad Dahlan juga turut menjadi anggotanya.

Ternyata dengan masuk pada organisasi di atas, K.H Ahmad Dahlan mendapat dukungan dari banyak kalangan atas dakwah serta ide-ide pembaharuannya. Dukungan juga banyak didapat adari kaum perkotaan dan kaum modern. Atas usulan dan dukungan berbagai pihak, pada tahun 1912 K.H Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah.

Misi Muhammadiyah adalah kembali pada Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Ia melihat bahwa umat Islam telah melenceng jauh dari apa yang digariskan oleh Nabi. Pada saat itu sistim pendidikan yang membawa kearah yang benar sangat minim jumlahnya, oleh karenanya Muhammadiyah selain bertugas memperbaiki keimanan melalui jalur pendidikan juga berdakwah melalui karya yang nyata.

Sebelas tahun setelah Muhammadiyah berdiri K.H Ahmad Dahlan meninggal dunia tepatnya pada 23 Februari 1923 di tempat kelahirannya di daerah Kauman, Yogyakarta. Kehadiran K.H Ahmad Dahlan di pentas dakwah Indonesia tidak hanya meninggalkan warisan bangunan seperti sekolah, panti asuahan, rumah sakit, namun juga meninggalkan adanya musyawarah untuk memperkecil masalah serta memperbaiki dan menghargai perbedaan  sehingga tercipta keramahan sekaligus kepekaan pada lungkungan sosialnya.


4 comments:

  1. baru tau..klu nama aslinya muhammad darwis...mkch dah infonya

    ReplyDelete
  2. memang orang kan tahunya nama terkenalnya

    ReplyDelete
  3. Assalamualaikum.wr.wb
    Saya mau bertanya.
    Kenapa nama muhammad darwis di ganti menjadi nama KH.ahmad dahlan.?
    Afwan..

    ReplyDelete
  4. Assalamualaikum.wr.wb
    Saya mau bertanya
    Kenapa/apa alasanya nama muhammad darwis di ganti menjadi nama KH.ahmad dahlan.
    Afwan.

    ReplyDelete

Leave Your Comment Here!